Hari itu sesi pemotretan ketiga buat Sherly dengan fotografer yang bebeda. Yang pertama sampai ketiga tidak banyak memberikan uang bagi Sherly karena hanya difoto untuk hunting foto biasa aja. Honornya juga tidak besar, hanya cukup untuk biaya makan seminggu. Lewat fotografernya yang ketiga dia akhirnya dikenalkan ke Pandu, yang katanya mau memberi honor besar asal mau difoto indoor dengan konsep apa saja. Maka sampailah Sherly di studio foto pribadi milik Pandu. Sherly sengaja tidak memberitahu pacarnya agar tidak ditanya-tanya nantinya, karena pacarnya akhir-akhir ini sangat cemburuan dan curiga kepadanya. Pokoknya gadis bertubuh sexy itu bertekad akan melakukan konsep foto apapun asal dapat banyak duit.
“Tapi malu Bang…” jawab gadis manis itu. Memang dia belum pernah difoto sampai buka kancing baju. Biasanya hanya difoto di outdoor dengan gaun biasa dan di hadapan beberapa fotogafer sekaligus.
“Gak usah malu cantik, punya body oke gak apa apa dong diexpose,” ujar Pandu.
“Iya… tapi…” jawab gadis itu ragu. Sebelumnya dia memang belum pernah foto sampai senekad ini. Kalau pacarnya tahu, pasti dia sudah dimarah-marahi habis-habisan.
“Ngapain malu sih. Lagian kan cuman ada kita berdua di studio ini. Nanti hasil fotonya buat koleksi pribadi kok,” bujuk si fotografer.
Udah siap mulai belum Bang?” tanya Sherly membuyarkan khayalan nakal Pandu.
“Eh udah… bentar ya…” kata Pandu sambil menyuruh Sherly duduk di sofayang ada di studio. Dia kemudian mengarahkan 2 lampu ke tubuh Sherly. Paha Sherly yang putih mulus tanpa noda itu terpampang dengan jelas, yang membuat kepala Pandu mulai cenat-cenut.
“Posenya gimana? Aduh Sherly grogi nih Bang…” kata Sherly sambil berusaha menutupi dadanya. Tanpa sadar Sherly menggigit bibirnya, tapi itu membuat wajahnya jadi terkesan nakal di mata Pandu. Makin gemaslah Pandu.
“Terserah kamu aja. Yang penting relax,” kata fotografer gempal itu.
Mungkin karena sudah percaya dengan si fotografer, dengan santai Sherly membuka lebar pahanya, sambil berpose dengan sensual. Di balik kameranya Pandu bisa melihat bulu-bulu halus di sekitar CD si model. Pandu menelan ludah. Dengan cekatan dia langsung mengambil beberapa gambar close-up ke arah tersebut. Kemudian Pandu menyuruh Sherly berpose membelakangi kamera. Lima kali menjepret pose itu, dia kemudan menyuruh sang model merunduk kedepan dengan agak nungging. Pinggul sherly yang bulat menantang itu benar-benar terekspos frontal ke kamera. Pandu makin gerah, AC di ruangan tak bisa menetralisir keringatnya. Si fotografer bisa melihat vagina Sherly tercetak jelas di balik CD merahnya. Batang kemaluan Pandu sudah tegang berdiri melihat Sherly menungging dengan sexy di atas sofa.
“Kata Johan kamu lagi butuh duit banget ya. Makanya mau jadi model freelance,” kata Pandu sambil tetap memainkan kameranya.
“Iya Bang.” Jawab Sherly singkat. Mereka melakukan pembicaraan di sela-sela sesi foto.
“Emang butuh berapa sih?”
“Pokoknya banyak deh bang. Buat bayar uang kuliah nih, biar bisa ujian” jawab Sherly.
“Sebenarnya saya mau bantu kamu sih, tapi…” kata Pandu menghentikan omongannya.
“Tapi apa bang? Aku mau deh asal ada duitnya. Hehe… ” jawab Sherly cepat.
“Tapi kayaknya kamu ga bakal mau.”
“Ya Abang bilang dulu apa. Kali aja bisa.”
“Tapi jangan marah ya. Ini juga kalau kamu lho. Aku dari dulu pengen banget foto cewe bugil. Konsep Nude Art gitu. Mau ga kamu jadi model bugilku yang pertama? Kalau kamu mau, aku kasih satu juta deh. Cuma foto doang.”
“Tapi kalau kamu ga mau juga ga apa-apa. Gak maksa kok,” kata Pandu sambil tersenyum. “Oh iya, kamu pikir-pikir dulu bentar ya. Saya mau ke kamar mandi,” lanjut Pandu sambil pergi ke kamar mandi yang ada di belakang studio.
“Lagian kamu pasti sudah pernah kan bugil di depan cowok kamu,” pancing Pandu, yang dijawab anggukan Sherly. Dalam hati Pandu tertawa, pancingannya kena.
“Nah itu dia, anggap aja aku cowokmu. Jadi ga usah malu. Janji deh ini cuma buat koleksi pribadi,” bujuk Pandu lagi dengan nada ramah menjerumuskan. “Emang sudah berapa cowok sih yang pernah lihat kamu telanjang?”
“Ehhhh… tiga orang. Pacar pertamaku, pacarku yang sekarang dan dulu ada tetangga kost,” jawab Sherly malu-malu.
“Ga masalah kan tambah satu orang lagi yang lihat kamu bugil? Lagian buat foto doang. Oke? I’m a professional photographer,” cecar Pandu dengan bertubi-tubi, menggoyahkan Sherly.
Bujuk rayu dan iming-iming duit banyak akhirnya membuat Sherly pasrah. Toh dia juga sekarang sudah setengah bugil, jadi tanggung, pikirnya. Tinggal lepas bra dan CD saja. Lagipula Sherly juga sadar kalau dia sudah bukan perawan. Sudah beberapa lelaki melihat tubuh telanjanganya mulai dari sejak SMA dulu saat mulai nakal-nakalnya. Dia cuma mengaku tiga ke Pandu, padahal sebenarnya lebih. Apalagi tawaran si fotografer sangat menggiurkan menurutnya. Satu juta untuk foto, dan itupun hanya untuk koleksi pribadi. Tidak pakai modal pula. Kapan lagi bisa dapat duit gampang seperti sekarang, pikir Sherly dalam hati.
“Tapi janji ga akan disebar kan?” Sherly memastikan sekali lagi.
Pandu tertawa penuh kemenangan. “Saya janji Sherly,” katanya. “Nah sekarang buka bra dan CD kamu ya…?” rayu Pandu.
Walaupun Sherly sudah setuju, tapi pas mau buka bra-nya, dia keliatan sangat grogi. Sambil melihat sang fotografer yang juga tegang dia sempat bertanya: “Cowokku ga bakal dikasih tahu juga kan?”
“Ya ga mungkinlah. Nanti bisa-bisa saya dihajar,” kata pandu. “Ya udah ga usah banyak tanya, sekarang tolong buka bra. Aku mau lihat tokedmu yang montok itu. Dari tadi rasanya udah pengen motret toked sexy kamu Sher.”
Memang payudara Sherly betul-betul putih mulus dan indah menggoda. Dada ranum khas mahasiswi. Kedua putingnya berwarna kemerahan, nampak segar menantang untuk dikulum. Sejenak Pandu memandangi diri Sherly, sebelum akhirnya menyuruh gadis itu kembali berpose di atas sofa. Dengan semangat sang fotografer menyuruh berbagai gaya yang tak lepas dari pameran buah dada sherly yang berkualitas itu. Pandu menyuruh Sherly meremas pelan dadanya sambil meminta ekspresi mulut mendesah. Pandu lalu mendekat ke arah Sherly.
“Makasih,” ucap Sherly pelan. Dipuji begitu membuat Sherly makin pede.
“Ayo sekarang lebih hot ya,” pinta si fotografer sambil kembali ke belakang kamera. Sherly tersenyum malu-malu. Gadis itu lalu membelakangi kamera dan kemudian menunggingkan badannya ke arah kamera. Dia berpegangan pada sandaran sofa. “Seperti ini?” tanya Sherly.
“ Yah, begitu, sexy banget deh badan kamu, sangat sexy…” ujar Pandu, sambil memfoto pose itu beberapa kali.
Dada Sherly yang ranum makin sexy terlihat karena dia menungging. Sherly melirik ke arah Pandu yang terkagum-kagum didepannya. Sherly juga memperhatikan adanya tonjolan yang makin lama makin besar di selangkangan Pandu.
Sesudah beberapa jepretan dalam pose itu, kemudian Pandu akhirnya tidak sabar untuk menikmati “hidangan utama” yaitu vagina gadis cantik itu. Disuruhnya Sherly melepas CD. Lagi-lagi butuh waktu lama agar Sherly untuk meng-iya-kan. Dia nampak grogi dan malu. Tapi Pandu sabar dan tidak keburu nafsu. Fotografer itu paham betul jika “mangsa”nya ini sudah dalam genggaman tangannya. 10 tahun bergelut di dunia fotografi adalah waktu yang cukup lama untuk menaklukan model-model seperti ini.
“Ayolah dibuka CD-nya. Ngapain malu. Toh sudah beberapa cowok kan yang lihat mekimu”.
Agak panas kuping Sherly mendengar kata-kata Pandu. Emang gue cewek gampangan apa? batinnya. Dia hanya diam waktu Pandu mendekat dan bilang: “Aku lepasin CD-nya ya?” Sherly tak menjawab, hanya mengangguk, wajahnya merah.
“Sempurna. Benar-benar sempurna tubuhmu,” puji Pandu. Batang kemaluannya sudah sangat mengeras. Dengan cekatan Pandu mengambil beberapa foto. Fokus utamanya tetap ke vagina model itu. Tampak bulu kemaluan Sherly yang cukup lebat menjadi santapan blitz kameranya.
“Kamu bakat jadi model majalah dewasa… luar biasa,” puji Pandu lagi sambil tetap menatap bagian yang paling rahasia itu.
“Bagus Sherly… sexy banget… kamu mulai enjoy…” kata Pandu sambil tetap menjepret.
Sudah hampir 200 jepretan total yang dia lakukan. Saat itu benar-benar Sherly begitu sexy dan merangsang mata laki2 yang memandangnya. Tubuhnya yang mulus, putih dan kencang itu terpampang diatas sofa hingga membuat darah fotografer itu tersirap naik.
“Meki kamu kering banget. Kurang fotogenik. Harus sedikit basah,” kata Pandu seolah-olah fotografer profesional yang mengerti betul arti kata fotogenik dalam konsep foto nude.
“Saya bantu bikin sedikit basah ya… mohon maaf sebelumnya,” ujarnya dengan sok sopan minta izin.
Melihat Sherly yang sudah mulai horny, Pandu tersenyum penuh kemenangan. Strateginya akhirnya berhasil. Dia memang sengaja merangsang vagina Sherly agar cepat horny. Sebentar lagi dia akan menyantap vagina model amatir itu. Tanpa menunggu lama kemudian jemari pandu mulai bermain-main masuk ke dalam vagina Sherly. Saat Pandu melakukan itu, Sherly tidak melawan sedikit pun. Dia hanya menutup mata dan sekuat tenaga menahan desahannya. Mahasiswi cantik itu tanpa sadar ikut meregangkan pahanya sendiri, membiarkan jari-jari Pandu serakah mengorek-ngoreknya. “Sudah bisa mulai fotonya belum bang?” tanya Sherly di tengah-tengah kesibukan si fotografer menginvasi vaginanya.
“Bentar lagi nih. Kalau sudah benar-benar basah sekali pasti bagus ditangkap kamera,” akal-akalan Pandu makin intensif sambil dia mempermainkan bagian tubuh terlarang model amatir itu.
Sherly makin menggelinjang saat jari-jari fotografer cabul itu sekarang memainkan klitorisnya. Benda seperti kacang itu dipencet-pencet dan digesekkan dengan jari Pandu yang membuat Sherly menggelinjang dan merem-melek menahan geli bercampur nikmat, terlebih lagi jari-jari lainnya menyusup dan menyetuh dinding-dinding dalam liang itu. Sherly sadar bahwa ini bukan lagi bagian dari pemotretan.
“Bang… Abang… ngapainnnn…?” Sherly bertanya basa-basi.
“Aku pengen cobain mekimu. Nanti kubayar dua kali lipat jadi dua juta.”
Habis berkata begitu Pandu membalikkan tubuh Sherly jadi telentang di atas sofa, lalu dia membenamkan kepalanya di selangkangan gadis itu. Kontan Sherly bergetar seperti disetrum listrik saat lidah Pandu menari-nari menyapu dinding vaginanya. Sherly tak sempat berontak karena begitu cepat Pandu memainkan titik-titik ternikmatnya. Apalagi dirinya juga sudah horny, sehingga membuat gadis itu hanya bisa pasrah.
“Ah… euh… ah… aw… ” desah Sherly. “Tapi be… nar… ya Bang… du… a… ju… ta…” Sherly memastikan.
“Iya tenang aja. Sekarang kamu tiduran gitu. Biarin aku nyicip mekimu yang segar ini” kata Pandu.
“Aaah!!” lenguh Sherly keras sambil terus mencoba mendorong kepala Pandu.
Lenguhan Sherly makin lama makin keras dan tubuhnya menggigil penuh nafsu birahi di bawah rangsangan luar biasa dari Fotografer itu. Sherly sudah tidak ingat lagi akan semua hal yang ia junjung tinggi, semua hilang ditelan nafsu (dan duit).
“Ah… Bang… Nngghh… oww… akukeluar… ahhhhhhh…!” erangnya lebih panjang di puncak kenikmatan.
Tubuhnya jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah paha Sherly semakin erat mengapit kepala Pandu. Tubuhnya lemas setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatnya menetes-netes. Sherly terenggah-engah dibuatnya. Sungguh kenikmatan yang luar biasa. Baru kali ini dia menerima oral sex sehebat itu. Pandu menatap tubuh telanjangnya yang sudah lemas dengan penuh nafsu. Tubuh telanjang gadis itu benar-benar sexy sehabis orgasme.
Dia mengambil kameranya sebentar dan memotret Sherly yang baru selesai orgasme. Sebenarnya Sherly malu sekali. Mukanya memerah. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
“Aku benar-benar konak nih lihat body kamu. Sexy banget. Kontolku sudah tegang dari tadi,” kata Pandu sambil meletakkan kameranya. Dia sudah tidak sabar ingin membenanmkan kontol gendutnya ke liang gadis cantik itu. Ketika Pandu mau mendekati Sherly, tiba-tiba HP Sherly bunyi. Dari ringtonenya ketahuan kalau yang menelpon itu adalah pacar Sherly.
Sepeninggal Sherly, Pandu kemudian melampiaskan nafsunya yang tertunda dengan coli sambil memandang foto hasil jepretannya barusan. Sesudah crot, Pandu lalu mengedit beberapa foto, lalu membuka laptop untuk terhubung ke internet. Satu lagi janjinya ke Sherly dilanggar: Pandu langsung masuk ke forum dewasa dan memasang satu dua foto Sherly yang sudah seksi tapi masih pakai bra dan CD. Langsung saja orang-orang mupeng di sana berkomentar mesum.
“Iya aku salah. Ga akan ngulangin lagi” jawab Sherly, nafasnya agak tersendat-sendat dan dadanya naik turun karena masih takut.
“Karena kamu salah, kamu harus dihukum” kata Lucky.
Lucky lalu membuka celana jins yang dipakainya, berikut CD putih. Sekarang di hadapan Sherly mengacung penis yang ukurannya biasa saja. Belum sempat Sherly ngomong apa-apa, pacarnya langsung menarik kepala gadis itu dan mengarahkan ke batangnya.
“Ayo isap. Puasin aku. Ini hukuman karena sudah bikin aku galau,” paksa Lucky.
Sherly yang tak punya pilihan lain, segera memasukkan penis itu ke dalam mulutnya. Lucky mengerang nikmat saat batang penisnya dikulum-kulum dan juga diputar-putar lidah Sherly. Sherly meraih dan memijat buah zakar pacarnya dengan lembut. Sherly memasukkan lebih dalam lagi batang pacarnya sampai kepala penisnya menyentuh ujung rongga mulut gadis itu.
“Aaa… ahhh… ena… uuhhh!” desah Lucky bergetar. Wajah Lucky menegang dan cengkeramannya pada pundak Sherly makin mengeras. Sepertinya mau keluar.
“Stop sayang. Aku sudah mau keluar,” kata Lucky sambil menarik penis dari mulut gadis itu. “Sekarang buka celanamu cepatttt…”
Sebagai pacar yang penurut, Sherly lalu membuka celana dan CD-nya. Belum sempat dia membuka baju, Lucky sudah mendorongnya hingga telentang di atas ranjang. Sherly refleks mengangkang sehingga vaginanya yang segar dan sempit itu terpampang di hadapan Lucky yang sudah sangat horny. Lucky memperhatikan vagina Sherly masih basah (sisa-sisa orgasme dari Pandu yang belum dibersihkan tadi). Dia penasaran kenapa bisa basah tapi Sherly tak mau cerita. Kemudian Lucky naik ke ranjang lalu mengarahkan penisnya yang berukuran standar itu ke vagina Sherly. Sherly mendesah pelan saat vaginanya ditembus oleh penis pacarnya. Lucky mengeluarkan dan memasukkan penisnya lagi berulang-ulang, mengocok tubuh Sherly. Kocokan itu tampak membuat tubuh Sherly berguncang dan membuat buah dadanya bergerak-gerak di balik bajunya yang “lupa” dilepas.
“Terserah kamu aja deh babe, puasin aku,” jawab Sherly yang masih berharap kepuasan total.
Lucky lalu tidur telentang dengan penisnya berdiri tegang. Lalu Sherly berada di atasnya perlahan-lahan memasukkan penis pacarnya ke vaginanya yang sempit itu, kemudian menggerak-gerakkan tubuhnya naik turun sambil ia mengerang-erang. Lucky pun juga mengeluarkan suara erangan sambil tangannya kembali meremas-remas payudara Sherly dari luar bajunya.
“Ahhhhh… ahhhhhh… ahhhhh… ” desah lirih keluar dari mulut gadis cantik itu.
Posisi woman on top adalah posisi favorit Sherly, karena dia yang memegang kendali. Gadis 18 tahun itu memang mahir menggerakkan tubuhnya. Sherly memang aktif di ekskul dance sejak SMA dan sekarang pun dia ikut kursus belly dance, sehingga tubuhnya terbentuk indah dan goyangannya erotis sensual. Sudah banyak laki-laki yang tahu tentang Sherly “si dancer” yang mengkhayalkan Sherly menari seperti itu di atas tubuh mereka. Goyangan liar Sherly membuat Lucky tak bisa bertahan lama dan dia pun menyemprotkan spermanya ke liang gadis itu. Sherly kaget mendapat semprotan itu, bukan karena dia beruntung karena bukan masa suburnya saat itu, tapi karena dia masih belum puas sedangkan pacarnya sudah ejakulasi. Sherly yang belum mencapai orgasme makin mempercepat goyangannya agar dia bisa mendapatkan orgesmenya sendiri. Tapi apa daya penis Lucky telah lemas tak sampai 10 menit mereka berpacu. Sherly yang penasaran segera menarik vaginanya dari batang yang sudah lemas itu. Dia lalu merangkak kedepan dan memposisikan mekinya di hadapan wajah pacarnya.
“Aaahh… udah Sher. Aku udah capek nih. Pake tangan sendiri aja sana!” kata Lucky egois.
“Ayo dong babe. Please. Tanggung banget tau,” bujuk Sherly lagi.
“Ahhhh… malas ah. Aku mau tidur. Capek. Lagian meki kamu bau peju.” Habis berkata begiu Lucky membalikkan wajah ke bantal.
Dengan kesal Sherly meninggalkan pacarnya yang egois dan tak sanggup memuaskannya. Dia menuju ke kamar mandi yang terletak di kamar kost itu. Dalam kamar mandi, gadis cantik itu masturbasi dengan memainkan jari-jari mungilnya di dalam memeknya. Dia berusaha mencapai puncak yang gagal dia dapatkan dalam persetubuhannya dengan pacarnya. Desahannya pun mulai memenuhi kamar mandi itu.
“Aah… ahh… aah…”
*****
Part 2. Dibayar
“bang pandu kpn byr yg 500. BU nih.”
SMS itu dikirim Sherly ke nomor HP Pandu. Sudah beberapa hari sejak pemotretan yang berujung bugilnya Sherly di studio Pandu, tapi fotografer itu belum juga membayar sisa yang dijanjikan. Sebelum mengirim SMS itu Sherly ditelepon customer service kartu kredit yang mengingatkan tagihan sebesar 2,5 juta belum dibayar. Sebelumnya lagi Sherly ditagih temannya yang membayari dia beli diktat kuliah. Dan sebelumnya lagi Sherly diingatkan administrasi kampus bahwa kalau uang kuliahnya belum dilunasi, dia tak bisa ujian. Dan sebelumnya… ah sudahlah. Intinya Sherly dalam kondisi BU. Butuh Uang. Dan yang bisa dia tagih adalah janji Pandu. Pacarnya? Sebagai mahasiswa biasa yang kurang kreatif, pacarnya lagi-lagi tidak bisa bantu, dan malah mendorong Sherly untuk cari job modeling lagi. Sherly mulai merasa pacarnya sebagai cowok “mokondo” yang cuma ingin gituan gratis tanpa ngasih apa-apa. Bahkan kepuasan pun kemarin tidak dia kasih. HP Sherly bunyi lagi. MMS dari Pandu. Lho, kok malah dikirimi foto cewek berkebaya? Sesudahnya Pandu menelepon.

“Halo, Sher. Pakabar? Sibuk gak?” sapa Pandu.
“Eh, bang. Aku mau nanyain. Kapan mau…” kata Sherly, tapi langsung dipotong Pandu.
“Sudah lihat gambarnya kan? Aku mau bikinin photoshoot tema kebaya, ada teman yang mau beli. KT (koleksi terbatas) lagi. Bisa sekarang gak? Kalau bisa aku jemput deh. Soal yang kemarin, itu aku mau lunasin sekarang. Cuma adanya cash, jadi sekalian kamu datang ke sini yah?”
Dicecar seperti itu Sherly tidak sempat mikir, dan cuma bisa mengiyakan. Ketika dia bilang “mau” Pandu langsung girang dan suruh Sherly menunggu di depan kampusnya, nanti akan ada yang jemput. Lalu telepon langsung ditutup.
*****
Setengah jam Sherly menunggu di depan kampus, tiba-tiba muncul seorang laki-laki jelek di hadapannya naik motor yang sama jeleknya. Lelaki itu sudah tua, umurnya setengah baya. Rambutnya sudah mulai beruban. Tubuhnya kurus ceking.
“Non Sherly yah? Saya Kosim, disuruh jemput sama Pak Pandu. Katanya suruh cari yang paling cakep di depan kampus, hak hak hak…” kata orang itu menggombal, disambung ketawa yang juga jelek.
Dengan semangat Pandu menyalami Sherly, sekaligus curi-curi meraba tangan halus model amatir itu. Di sebelah Pandu ada seorang perempuan 30-an tahun yang Sherly belum kenal. “Sher kenalin ini Citra.”
“Sherly,” kata Sherly menjabat tangan Citra. Sepintas Sherly memperhatikan pakaian Citra: rok Citra pendek sekali, memamerkan kakinya yang jenjang dan pahanya yang masih mulus.
“Hai, aku Citra,” jawab Citra dengan nada genit. “Aku yang minta Pandu bikinin foto-foto tema kebaya. Buat salonku. Eh kamu manggil Pandu biasanya gimana, Mas apa Pak apa ‘Om Pandu’?”
“Biasanya sih Bang Pandu,” kata Sherly.
Citra menyikut Pandu. “Kalo sama cewek yang seumuran ini Pandu pantasnya dipanggil ‘Om’. Sherly, yuk ikut ke dalam? Kita siap-siap dulu.”
Sherly, Pandu, dan Citra masuk. Kosim tetap di luar, nyengir mesum melihat Sherly dan Citra. Lelaki setengah baya itu menatap nanar kedua buah pantat gadis itu dari belakang. Tanpa sepengetahuan mereka, Kosim meraba-raba penisnya yang dari tadi sudah berdiri tegak.
*****
Sherly merasakan tangan Citra memasang anting di kanan kiri kupingnya. “Nah, selesai,” kata Citra. Cukup lama juga Citra mendandaninya. Sherly sekarang mengenakan busana sesuai tema, sehelai kebaya pendek dari bahan menerawang yang cantik berhias payet, hanya sedikit menutupi kemulusan kulit bahu dan lengan Sherly. Di balik kebayanya Sherly dipakaikan kemben tipis yang oleh Citra ditarik turun sehingga belahan payudara Sherly yang bagus mengintip di bagian leher kebaya.
Sherly malu-malu, sambil bertanya seolah tidak percaya, “Beneran keren Bang?” yang dijawab anggukan dan senyuman Pandu. Tanggapan itu membuat Sherly tersipu-sipu, dan makin percaya diri.
“Ayo kita mulai.”
Sherly berdiri di sebelah bangku di depan latar belakang polos. Pandu mengagumi hasil karya Citra di penampilan si model. Sekaligus membayangkan apa yang bakal dia lakukan berikutnya. Tentu tak hanya memotret…
“Kita mulai pose duduk dulu, kamu duduk di bangkunya,” kata Sherly. Pandu memotret beberapa kali. Citra membantu mengarahkan Sherly berpose. Tak lama kemudian Citra bilang,
“Aku tinggal dulu ya. Bikin foto-fotonya yang cantik. Daah.”
*****
Ketika Citra mau keluar dari ruang pemotretan, dia melihat Kosim mengintip di balik pintu.
“Heh!” kata Citra mengagetkan Kosim. “Hayo, lagi lihat apa?”
“Heeheeheehhee…” Kosim ketawa-ketawa tidak jelas. “Ngelihatin Non Sherly. Cakep sih.”
“Huuu, dasar mesum,” kata Citra sambil menoyor Kosim. “Pantesan betah banget kerja di sini. Pandu sering bawa cewek kan.”
“Iya… Iya Tante,” balas Kosim. “Apalagi Non Sherly ini. Wuiih. Tadi sih pas nganterin dia…”
“Kenapa?”
“Sempet ngerasain toketnya hihihi… Gede empuk, pasti enak tuh…”
“Emangnya kamu apain dia??”
“Tadi nyenggol-nyenggol pas di motor, Tante. Eh, kayaknya gedean punya dia deh daripada punya Tante…”
Citra panas. Dia langsung tarik kerah kaos Kosim.
“Enak aja panggil Tante, Tante. Lu kira gue udah setua itu hm?” katanya sambil pasang muka galak di depan Kosim yang tetap nyengir kurang ajar. Tapi lantas tangan Citra bergerak menggerayangi tubuh Kosim, sampai ke jendolan di depan celana Kosim. “Apa nih… Ckckck… Lu konak ya? Kenapa, konak juga sama tante-tante kayak gue?”
“Iya dong… biar Non Sherly toketnya lebih gede… tapi Tante Citra tetep seksi… ADAWW!!” Kosim menjerit karena biji-nya diremas Citra.
“Panggil gue Tante lagi… padahal ngaceng juga… awas lu ya?” ancam Citra. Tapi wajahnya berubah dari galak ke senyum nakal. Citra menarik Kosim pergi dari situ.
“Sher, sekarang kamu pose berdiri ya,” kata Pandu sesudah sekitar 10 kali memotret Sherly yang duduk manis. Untuk membantu Sherly agar makin luwes berpose, Pandu memutar musik dance. Ternyata Sherly bereaksi; mengikuti naluri dancer-nya, Sherly tanpa malu-malu bergoyang.
“Musiknya asyik nih Bang,” kata Sherly, tersenyum-senyum.
“Tapi jangan terlalu hot goyangnya, nanti susah difoto,” Pandu tertawa melihat Sherly menari-nari, tidak tahan terbawa irama. “Eh Sher kamu bisa ngedance ya? Kelihatannya udah biasa tuh.”
“Bisa Bang, aku kan dulu ekskul dance waktu SMA,” kata Sherly. “Suka nggak ngelihatnya?”
“Suka, suka banget dong. Ntar kapan-kapan clubbing bareng, yuk. Pasti asyik nih ngedance bareng kamu,” ajak Pandu. “Tapi sekarang kita foto-foto dulu ya.”
Beberapa kali foto kemudian, mulailah Pandu menjalankan rencananya. “Sher, bikin foto seksi lagi yuk…”
Sherly senyum. “Dibayar lebih gak Bang?” tanyanya.
“Tenang ajaaa. Apa sih yang ga bisa buat Sherly. Gini, ngelihatin kamu pake baju itu aku jadi punya ide. Gimana kalau… Kamu pake kebaya sama kainnya aja, ga usah sama kembennya?”
“Ihh gila. Kebaya-nya kan tipis transparan gini Bang?” ujar Sherly tak percaya. “Entar tetep kelihatan dong semuanya…”
Pandu mendekati Sherly dan memegang kedua bahu Sherly. “Itu intinya Sher… bikin foto seksi pake kebaya ini.”
Sentuhan Pandu entah kenapa membikin Sherly teringat lagi orgasme waktu itu. “Tapi entar beneran dibayar yaaa…” pinta Sherly.
“Pasti Sher… sekarang buka kembennya ya?” bujuk Pandu.
“Iya gitu posenya Sher” “Cakep Sher” “Yang tadi bagus banget” “Kamu bakat jadi model besar nantinya” “Senyum yang manis Sher!”
Dipuji seperti itu membuat Sherly makin pede. Sesudahnya Sherly makin santai dan foto-foto yang dibuat makin berani. Kainnya pun disuruh lepas, memperlihatkan bahwa di bawah kain itu Sherly memakai CD putih transparan. Pada satu pose, Pandu menyuruh Sherly berpose merangkak membelakanginya. Ketika berposisi itulah Pandu memperhatikan… ada yang basah! Sherly mulai terangsang! Pandu lalu menyuruh Sherly telentang dengan alasan mau memotret pose seperti itu dari atas. Sherly masih memakai kebaya tipis tapi bagian bawah tubuhnya hanya tertutup CD. Pandu berdiri mengangkang di atas tubuh telentang Sherly dan memotret terus.
“Lebarin lagi,” suruh Pandu sambil memegang dan merentangkan paha Sherly lebih lanjut. Pandu bisa mendengar nafas Sherly memburu ketika selangkangannya yang basah di balik CD dipotreti Pandu dari dekat. Si model itu malah nafsu ketika difoto dalam posisi tak senonoh. Tanpa terasa Sherly jadi nafsu lagi ketika difoto. Rasa malu sudah hilang dalam diri gadis muda itu, yang ada malah sisi liar yang pelan-pelan terkuak dalam dirinya akibat pujian dan tatapan nafsu dari si fotografer.
“Bagus banget. Sumpah, aku suka banget Sher.”
“Kalau suka berarti nanti honornya dobel dong. Hehe….”
“Asal kamu mau nurut, honor tambahan ga masalah.”
“Siap Bos…” jawab Sherly.
Kemudian Pandu mulai berani menyentuh vagina gadis itu. Diusap-usapnya liang sempit itu, dengan alasan biar basah dan bagus ditangkap kamera. Malah Pandu meminta Sherly untuk menggosok-gosok vaginanya sendiri sambil difoto. Trik si fotografer berhasil, karena Sherly makin lama makin horny. Rasa canggung melakukan masturbasi di depan orang lain sudah hilang. Yang ada malah rasa nafsu yang mulai menjalar keseluruh tubuhnya. Bagaimanapun dia adalah gadis muda normal yang nafsunya cepat naik saat berduaan telanjang seperti ini.
“Ini saatnya,” kata Pandu dalam hati.
Dia mulai berani memajukan wajahnya ke Sherly. Sherly yang sudah terangsang tak bisa menolak saat fotografer cabul itu melumat bibirnya. Mereka melakukan french kiss. Pandu kemudian mengarahkan tangan gadis itu ke celananya. Sambil berciuman dengan hot, si model amatir itu meremas batang Pandu. Pandu keluarkan penisnya dari celana, Sherly bisa melihat batang kokoh itu. Belum sempat gadis itu memegang kontol Pandu, Pandu sudah menggerakkan badan dan siap mengarahkan kontolnya ke liang gadis itu. Sherly kontan bergerak menolak saat Pandu menggesekkan batangnya.
“Ayolah sherly. Kita berdua udah sama-sama horny nih. Ayo kita tuntasin, sayang…”
Tapi Sherly masih menolak dengan tegas. Dia tak mau dicap gadis gampangan. Pandu berusaha membujuk gadis itu dengan diiming-imingi bayaran asal mau menurut. Lama-lama Sherly goyah juga. Dirinya memang sedang butuh uang.
“Okelah bang. Tapi jangan ML ya. Aku sepong aja gimana?”
“Ya udah kalau gitu,” kata Pandu sambil menarik kepala gadis itu dengan kasar ke batangnya. Dia agak kesal karena belum dapat menembus pertahanan Sherly sepenuhnya.
Sherly menatap sebentar batang hitam besar itu sebelum akhirnya memasukkan batang Pandu ke bibir mungilnya. Penis di mulutnya ia hisap, oral sex bukan hal yang aneh buat gadis seperti dia, maka ia pun menggunakan semua pengalamannya dalam urusan sex, agar semuanya cepat selesai.
“Arghhhhhhh…” desah Pandu menikmati perlakuan Sherly.
“Memek super nih…” kata fotografer itu. Pandu benar-benar mengagumi meki Sherly yang memang OK punya, masih kelihatan garis vertikalnya dengan kelentit yang sungguh imut dan mengeras. Segera Pandu meremas pantat Sherly dan menjilat perlahan paha dalam Sherly sebelum memasuki area vagina. Sherly melenguh, dan fotografer itu makin terangsang dengan suara sang model yang sendu. Sherly memainkan penis Pandu yang menggantung dengan mulutnya. Sedangkan Pandu sibuk melumat vagina Sherly, sampai membuat paha mulus sherly menegang dan menjepit kepala fotografer cabul itu. Benar-benar pemandangan yang sanggat menggetarkan jiwa. Kalau saja cowok Sherly melihat, bisa-bisa kedua orang ini dibunuhnya karena kalap.
Sherly yang makin terangsang karena mekinya dikerjai Pandu makin lama makin meningkatkan permainannya juga. Penis si fotografer yg besar dan panjang itu dikocok dengan cepat dan kepalanya langsung dijilati, diisap-isap, dikelamuti dan diemut-emut. Kadang penisnya dimasukkan mulut sampai hampir separo dan kemudian dikenyut-kenyut dengan mulut dan lidahnya. Pandu yang sudah punya jam terbang tinggi menghentikan sejenak aktivitasnya lalu menghadap Sherly. Dia tahu Sherly sudah sangat terangsang. Ini saatnya dia menikmati hidangan utama dari semua “perjuangan”-nya beberapa hari ini. Dilihatnya wajah gadis itu sudah merah karena horny.
Pandu terus menggoda sherly, sambil membisiki Sherly, “Mau nggak… kalo mau minta dong.” Pandu mau membuat Sherly minta dicoblos sendiri. Sentuhan ujung penis Pandu di bibir vagina sherly membuat Sherly menggeliat. Gesekan-gesekan Pandu di luar vaginanya membuat Sherly akhirnya luluh, dia sudah tak peduli dengan tawaran bayaran Pandu. Dia minta dimasuki.
“Ayo masukin Baaang… Sherly sudah ga tahan!” gadis itu meminta.
“Masukin apa sayang?” Pandu masih tetap menggoda.
“Masukin kontol abang ke memekku… Cepetan. Please!” pinta gadis itu.
“Ahhhkk…” Sherly merintih kecil merasakan sesuatu yang besar memenuhi liang vaginanya yang sempit.
“Ehhh… akhirnya masuk juga…” fotografer itu mengerang lirih. “Gila, memekmu masih kenceng banget… jarang dipake sama cowokmu ya?”
Pandu sedang meresapi nikmatnya jepitan vagina Sherly yang masih sempit untuk beberapa saat. Baru kemudian secara perlahan si fotografer mulai menggoyangkan pantatnya, melakukan gerakan memompa untuk menggenjot vagina Sherly dengan penisnya, mula-mula pelan, tapi saat vagina Sherly mulai terbiasa oleh penisnya, dia mulai mempercepat genjotan.
Badan Sherly terguncang-guncang keras maju mundur, kakinya mengejang-ngejang dan menyentak-nyentak, kedua payudaranya bergoyang cepat, kepalanya terdongak ke atas, dan bibirnya terkatup rapat antara menahan sakit dan sensasi yang dirasakan di dalam vaginanya. Melihat itu Pandu jadi makin nafsu, sambil terus menggenjot vagina Sherly dia juga menciumi dan menjilati payudara Sherly sambil sesekali bibirnya mengulum puting susu Sherly. Kenyotan bibir si fotografer pada payudara Sherly menimbulkan sensasi baru dalam tubuh Sherly, membuat gerakannya menjadi semakin liar.
Rasa sakit pada vaginanya sudah hilang dan digantikan oleh kenikmatan yang luar biasa. Pandu sangat lihai memainkan penisnya, ditambah lagi kata-kata Pandu yang memuji sekaligus mengintimidasi Sherly yang membuat gadis itu makin melayang. Sungguh kenikmatan yang tiada tara bagi Sherly. Setelah 10 menit, si fotografer menyuruh Sherly menungging di atas sofa, lalu kembali diserangnya vagina Sherly dari belakang seperti seekor anjing. Kedua tangan kekarnya memegang pinggul Sherly dan menariknya hingga posisi pantat Sherly kini merapat dengan pinggul si fotografer, membuat penis Pandu membenam seluruhnya di dalam vagina Sherly.
Lalu mulailah Pandu menggenjot kembali vagina Sherly dengan kedua tangan memegangi pinggul Sherly. Dia mulai memaju-mundurkan kemaluannya mulai dari irama pelan kemudian makin cepat sehingga membuat tubuh Sherly tersodok-sodok dengan kencangnya.
“Aahh… aahh… aahhh… oohh… oohh…” Sherly kembali menjerit-jerit saat Pandu menggenjotnya lagi.
Tubuhnya sekarang basah oleh keringat. Payudaranya yang menggantung indah bergoyang-goyang seirama genjotan si fotografer itu. Perlahan Pandu mulai menjamah payudara Sherly dari belakang, sambil terus menggenjot vagina Sherly. Dia juga meremas-remas payudara Sherly. Erangan-erangan Sherly semakin keras, badan dan kepala semakin bergoyang-goyang tidak beraturan mencari titik-titik nikmat di dalam vaginanya.
“Ahhhhh… terus… sodok… bang… Ahhhhhh….”
Sherly semakin larut dengan permainan lelaki itu pada vaginanya. Pandu memompa vagina Sherly dengan cepat kemudian melambat dan cepat lagi, begitu seterusnya. Ini membuat Sherly semakin mendesah-desah keenakan, lelehan cairan kewanitaannya sudah keluar dan membasahi kedua paha bagian dalam Sherly.
Saking larutnya dalam permainan, tanpa sadar Sherly menggerakkan pinggulnya apabila si fotografer dengan sengaja menghentikan genjotan pada vagina Sherly. Sherly dibuat melayang-layang. Sungguh kenikmatan seks yang belum pernah dia dapatkan dari Lucky pacarnya. Kalau sedang seperti ini, Lucky pasti sudah keluar dari tadi. Tapi Pandu berbeda, dia masih bertahan memuaskan gadis muda itu. Sherly menggerakkan badannya sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk semakin dalam ke liangnya. Dia sepertinya sudah mau orgasme. Mengetahui Sherly sudah di ambang klimaks, tiba-tiba Pandu melepaskan pelukannya dan berbaring telentang. Disuruhnya sherly membalikkan badan, berhadapan dengannya. Sherly harus mengakui stamina fotografer cabul ini sungguh hebat dan pandai mempermainkan nafsunya yang menggebu-gebu.
“Ayo… goyang Sher… oohh!” Pandu sepertinya ketagihan dengan goyangan gadis itu. Pandu meraih kedua bukit mulus itu, meremas dan memilinnya, sehingga membuat Sherly makin liar saja.
“Hebat banget goyangan kamu Sherly. Kapan pertama kali ngentot?” tanya Pandu sambil tetap meremas dada gadis yang sedang “bekerja” itu.
Sambil menggoyangkan pinggulnya, Sherly menjawab terbata-bata, “Dulu di… SMA… hhhmmmhh… pas kelas… dua… aah…!” jawabnya.
“Sama siapa?”
“Sama… kakak kelas… ahhhhh…” desah Sherly dengan tertahan karena takut suaranya kedengaran sampai keluar ruangan studio foto.
Dia makin liar memacu dan menggoyangkan pinggulnya. Pandu juga ikut melenguh keras saat merasakan vagina Sherly berkontraksi hebat seolah menyempit mencengkeram penisnya. Dilihatnya wajah Sherly merah padam menahan desakan orgasme.
‘Oh… bang… Sherly… mau ke… lu… ar… rrrrr!” jerit Sherly.
Pandu juga merasakan akan segera orgasme. Sekitar 2 menit kemudian, akhirnya fotografer itu mengirimkan hentakan yang cukup keras disertai lenguhan panjang. Demikian pula halnya Sherly yang mencapai klimaks secara bersamaan, matanya membeliak dan tubuhnya berkelejotan. Ketika Sherly memandang ke depan, dilihatnya wajah fotografer itu sedang menatapnya dengan takjub, segaris senyum terlihat pada bibirnya, senyum kenikmatan karena telah berhasil menikmati modelnya sendiri.
===
Sesudah beristirahat, mereka akhirnya bangkit, bebersih, dan berpakaian. Sherly agak lama bebersih di kamar mandi karena dia sekalian menghapus rias wajahnya. Kemudian dia kembali memakai baju biasa. Ketika keluar lagi, dia melihat Pandu menonton foto-foto di kamera.
“Besok mampir sini Sher, kita lihat bareng foto-fotonya yang udah diolah,” pesan Pandu. Sherly tak memperhatikan itu.
“Bang, bayaranku?” pintanya.
“Oh, iya,” kata Pandu, lalu dia merogoh dompetnya. Sepuluh lembar seratus ribu disodorkan. Sherly menghitungnya.
“Delapan… sembilan… sepuluh… Kok cuma sejuta Bang?? Kurang nih!” protes Sherly. “Kan kemarin yang belum dibayar lima ratus, terus buat shoot yang ini lima ratus, sama tadi… tadi Bang Pandu ngejanjiin sejuta lagi kalau kita…”
“Sori banget Sher! Adanya baru segitu. Tadi Citra baru bayar DP aja, jadi duitnya yang ada ya segini. Makanya besok kamu datang, ntar aku bayarin deh sisanya!” Pandu ngeles, padahal sebenarnya dia sengaja mengikat Sherly.
“Awas ya Bang. Beneran dibayar loh! Kalo enggak…” ancam Sherly, tapi wajah gadis itu senyum-senyum karena merasa kemaluannya ngilu seperti masih ada penis di dalamnya.
“Kalo enggak apa?” goda Pandu.
“…Ada deeh,” Sherly balas meledek. Pandu tertawa dan merangkulnya.
“Yaudah, makasih ya buat hari ini. Ntar biar Kosim yang antar kamu pulang.”
*****